KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 29, 2025

IBADAH RAYA MINGGU, 19 OKTOBER 2025

IBADAH RAYA MINGGU, 19 OKTOBER 2025

 

KITAB WAHYU 19:10

(Seri: 8)

 

Subtema: DIBAKAR HANGUS DI LUAR PERKEMAHAN

 

Shalom.

Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, yang oleh karena rahmat-Nya kita sekaliannya dihimpunkan di atas gunung Tuhan yang kudus, sehingga kita boleh datang menghadap Dia lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.

 

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat ketebusan Tuhan, bapak/ibu, saudara/i yang turut bergabung bersama lewat online / live streaming / video internet baik dari Facebook, Youtube atau dari media sosial lainnya yang dapat dipergunakan / diakses. Selanjutnya, doa dan harapan saya, kiranya damai sejahtera dari Sorga memenuhi hati kita, memberi sukacita, memberi kebahagiaan saat kita duduk diam mendengarkan Sabda Allah.

 

Selanjutnya, kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu. Namun tetap berdoa dalam roh, mohon kemurahan dari Tuhan supaya firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.

 

Wahyu 19:10

(19:10) Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: "Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat."

 

Singkat kata, malaikat itu berkata kepada Yohanes: "Sembahlah Allah!"

Saudara, malaikat Sorga mengatakan hal itu karena malaikat itu menolak untuk disembah oleh Yohanes, yang pada saat itu Yohanes diliputi oleh penglihatan-penglihatan yang memang diperlihatkan malaikat itu kepada Yohanes, sehingga Yohanes tersungkur dan menyembah malaikat itu

 

Jadi, seorang malaikat sidang jemaat atau pemimpin jemaat itulah gembala sidang, harus memiliki sikap yang jelas dari pengertian yang benar, yakni; harus menyembah Allah yang hidup.

 

Contoh: PAULUS dan BARNABAS

Kisah Para Rasul 14:6-10 -- Perikop: "Ke Ikonium, Listra dan Derbe"

(14:6) Setelah rasul-rasul itu mengetahuinya, menyingkirlah mereka ke kota-kota di Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya. (14:7) Di situ mereka memberitakan Injil. (14:8) Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya dan lumpuh sejak ia dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan. (14:9) Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Dan Paulus menatap dia dan melihat, bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. (14:10) Lalu kata Paulus dengan suara nyaring: "Berdirilah tegak di atas kakimu!" Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian ke mari.

 

Singkat kata, di sini kita melihat Paulus menyembuhkan seorang yang sakit lumpuh dari sejak lahirnya di Listra, salah satu kota di Likaonia.

 

Kisah Para Rasul 14:11-12

(14:11) Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia." (14:12) Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena ia yang berbicara.

 

Melihat apa yang terjadi (mujizat kesembuhan), orang-orang Likaonia berpendapat: "Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia."

-          Barnabas mereka akui sebagai Zeus.

Zeus adalah bapa para dewa dalam mitos Yunani dan sampai sekarang hal itu masih berlangsung

-          Paulus disebut Hermes.

Sebab, Paulus diutus sebagai pembicara dan hal itu juga masih berlaku sampai sekarang/

 

Kisah Para Rasul 14:13

(14:13) Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu.

 

Selanjutnya di sini kita melihat, imam dewa Zeus membawa lembu jantan dan karangan-karangan bunga untuk dipersembahkan kepada Barnabas dan Paulus, dewa yang menjadi manusia menurut anggapan orang Likaonia.

 

Saudara, karangan bunga bila dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena kepada karangan bunga di atas Tabut Perjanjian sekelilingnya. Sementara, hal itu berbicara tentang persekutuan dengan Tuhan yang datang dari gereja Tuhan.

Jadi, dari sini kita bisa melihat bahwa betapa keberadaan Barnabas dan Paulus di Likaonia, kota Listra, sangat “diagungkan” sebagai dewa. Sampai mereka membawa korban-korban dari lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga untuk dipersembahkan kepada mereka.

 

Kisah Para Rasul 14:14-15

(14:14) Mendengar itu Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru: (14:15) "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.

 

Melihat fenomena yang begitu hebat, Barnabas dan Paulus bertindak antara lain:

a.    Mengoyakkan pakaian mereka.

Menunjukkan bahwa Barnabas dan Paulus hancur hati karena perbuatan orang Likaonia itu, sebab yang mereka lakukan itu salah.  Saat mereka mempersembahkan korban, membawa karangan bunga, bukan berarti dua hamba Tuhan ini (Barnabas dan Paulus) berbangga hati; tidaklah demikian, justru mereka hancur hati.

 

Saudara, tidak banyak hamba Tuhan seperti mereka, yang hancur hati manakala penyembahan sidang jemaatnya salah. Justru banyak sekali hamba-hamba Tuhan senang dipuji, disembah, ditinggikan, diagungkan. Bahkan, bila tidak ada yang mengagungkan, ia akan mencari puji-pujian bagi dirinya di tengah ibadah dan pelayanannya. Tetapi, Paulus dan Barnabas penuh dengan Roh Allah, sehingga mereka mengerti tentang kebenaran; siapa yang harus disembah. Sehingga, ketika orang-orang Listra salah dalam penyembahan, hati mereka hancur.

 

Jadi, jika hati seorang pemimpin sidang jemaat hancur manakala penyembahan seorang jemaat salah, itu manusiawi dan benar. Jadi, sidang jemaat jangan berkata "gembala ini kok pusing dengan hidup saya." Ingat, tugas hamba Tuhan adalah memberi satu tanggungjawab kepada Tuhan terkait dengan kawanan domba yang dipercayakan, supaya jangan sampai ada dalam penyembahan yang salah. Oleh sebab itu, kiranya sidang jemaat semakin dewasa.

 

b.    Menolak persembahan orang-orang Likaonia.

Alasan menolak:

-       Barnabas dan Paulus adalah manusia biasa bukan dewa dan utusan dewa seperti pemikiran orang-orang Likaonia.

-       Paulus dan Barnabas ada di Likanoia hanya untuk memberitakan Injil.

Jadi, Paulus dan Barnabas tahu tugas pokok dan fungsi (tupoksi) di tengah ibadah dan pelayanan mereka.

Memberitakan Injil berarti; memberitakan pribadi Yesus yang telah mati, bangkit, dan naik ke Sorga. Berita semacam ini berkuasa untuk melepaskan diri dari perbuatan yang sia-sia yaitu; mempersembahkan korban kepada berhala-berhala, lalu berbalik kepada Allah yang hidup yang menjadikan langit, bumi, laut dan segala isinya.

 

Singkat kata, yang kita sembah adalah Allah yang hidup, berarti yang menjadikan langit, bumi, laut, dan segala isinya. Itulah yang harus kita sembah mulai dari sekarang, bukan lagi perkara lahiriah yang nomor satu.

 

Sekali lagi saya sampaikan, yang harus kita sembah adalah Allah yang hidup, bukan si pemberita Firman. Sekalipun telah terjadi suatu perbuatan ajaib (mujizat kesembuhan), mereka tidak perlu disembah.

 

Kisah Para Rasul 14:16-17

(14:16) Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, (14:17) namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan."

 

Selanjutnya, Paulus dan Barnabas memberitakan kepada orang-orang Likaonia bahwa Allah yang hidup; kaya dengan rahmat, kasih-Nya yang besar dilimpahkan dengan berbagai kebaikan terhadap orang-orang berdosa.

 

Buktinya:

a.          Menurunkan hujan dari langit, yaitu:

-          Hujan awal -> Injil keselamatan; percaya, bertobat, dibaptis, dipenuhkan Roh Kudus, itulah asas-asa pertama tentang ajaran Yesus. Namun harus “beralih kepada perkembangan selanjutnya” yaitu....

-          Hujan akhir -> Injil Kerajaan atau cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, Firman Pengajaran dalam terang Tabernakel yang berkuasa menyucikan hingga menyempurnakan. Selanjutnya, mengkristalisasi kita dan menjadikan kita mempelai Tuhan, wujudnya; penyembahan.

b.       Memberikan musim-musim subur.

Musir subur -> tanah yang baik, yaitu; orang-orang yang mendengar Firman Tuhan sampai mengerti, itulah kerinduan Tuhan. Meskipun kita banyak melakukan kesalahan, tetap saja Tuhan menunjukkan berbagai kebajikan. Allah kaya dengan rahmat, limpah dengan kasih karunia, supaya kita menjadi tanah yang subur.

c.       Tuhan memuaskan hasrat hati kita, dengan makanan rohani Firman Allah (Firman Pengajaran mempelai dalam terang Tabernakel) dan kegembiraan dari anggur sukacita Sorgawi.

 

Kisah Rasul 14:18

(14:18) Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan korban kepada mereka.

 

Singkat kata, Barnabas dan Paulus telah menceritakan bahwa:

a.    Yang harus disembah adalah Allah yang hidup yang menciptakan langit, bumi, dan segala isinya.

b.    Menunjukkan kasih Tuhan yang sanggup mengampuni orang yang berdosa.

Tujuannya: mencegah orang Likaonia mempersembahkan korban kepada mereka.

 

Saudara, hal itu diceritakan oleh Barnabas dan Paulus dengan hati yang jujur dan murni, mereka tidak mau memutar balik fakta. Barnabas dan Paulus juga tidak memanfaatkan kesempatan yang ada, sekalipun mereka sudah diagung-agungkan seperti dewa dan utusan dewa. Mereka tetap berjuang meluruskan apa yang bengkok, menceritakan yang murni dan benar supaya orang-orang di Likaonia tidak berada dalam penyembahan yang salah.

 

Korban yang kecil atau besar, sedikit atau banyak, sebenarnya, semua itu dipersembahkan hanya untuk Tuhan yang layak menerima persembahan korban. Itu sebabnya Paulus dan Barnabas tetap mempertahankan hati yang murni; tulus beribadah dan melayani di hadapan Tuhan, tidak memanfaatkan kesempatan yang salah.

 

Kisah Para Rasul 14:19

(14:19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.

 

Melihat situasi yang hiruk pikuk itu, datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium membujuk orang-orang Listra. Selanjutnya, orang-orang Yahudi yang datang dari Ikonium dan Antiokhia mempunyai keberanian untuk:

-       Melempari Paulus dan Barnabas dengan batu.

-       Menyeret Paulus dan Barnabas ke luar kota, karena menyangka Paulus telah mati.

 

Saudara, jika Paulus dan Barnabas saat itu mau memanfaatkan kesempatan yaitu; mencari kemuliaan dan hormat bagi diri sendiri bisa saja, sehingga orang-orang di Listra itu ada dalam kendali mereka. Namun kesempatan yang ada itu mereka tidak gunakan, karena hati mereka tulus datang beribadah dan melayani Tuhan.

 

Sedangkan orang-orang Yahudi yang datang dari Antiokhia dan Ikonium adalah orang-orang yang menolak berita Injil. Menolak pribadi Yesus yang telah mati, bangkit dan naik ke Sorga.

Tanda menolak berita Injil: mereka melempari Paulus dan Barnabas dengan batu.

Batu adalah gambaran dari kekerasan di hati, disebut juga penyembahan berhala.

Jangan kita melempari gembala dengan kekerasan di hati. Mungkin batu tidak dilemparkan, tetapi dengan kita keras hati, itu tanda sedang melempari hamba Tuhan, hal itu jangan diteruskan, tidak baik.

 

Pendeknya, menolak Injil berarti mempertahankan hukum Taurat, sebab, 10 hukum tertulis dalam 2 loh batu.

Adapun kelemahan hukum Taurat sebagaimana dalam Roma 2:15:

1.       Menuduh atau mempermasalahkan = tidak mengampuni orang yang berdosa.

Rajin mempersembahkan korban seperti seorang imam yang setiap tahun mempersembahkan korban dalam Ruangan Maha Suci, tetapi kenyataannya di dalam pikiran saling menuduh dan saling mempersalahkan.

2.       Membela diri = membenarkan diri, tanda bahwa dia adalah manusia daging yang mengandalkan manusia dan kekuatannya.

 

Tetapi kita tidaklah demikian saudara, karena begitu hebat Tuhan menyatakan kasih-Nya kepada kita sampai hari ini bukan? Janganlah kita hidup di bawah hukum Taurat, supaya dua kelemahan itu jangan ada di hati kita.

 

Roma 2:1-3 -- Perikop: "Hukuman Allah atas semua orang."

(2:1) Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (2:2) Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. (2:3) Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?

 

Siapa yang menghakimi orang lain seperti orang Yahudi yang datang ke Antiokhia tadi, maka ia sendiri tidak bebas dari salah. Jadi....

-       Tanda orang yang tidak bersalah adalah suka mengampuni.

-       Sedangkan, tanda orang yang bersalah adalah suka menghakimi.

Kenapa dia suka menghakimi? Karena dia sendiri berdosa. Coba dia bebas dari dosa, ia tidak suka menghakimi orang lain dengan sikap dan perbuatannya.

 

Saudara, kita harus penuh dengan pengampunan. Kalau kita merasa paling benar dari orang yang bersalah dan menghakimi dia, kita tidak bebas dari salah, Alkitab yang berkata. Jadi jangan coba-coba terus beribadah dengan cara seperti itu, terimalah kekurangan orang lain.

 

Roma 2:4

(2:4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?

 

Jangan pertahankan hukum Taurat! Hargai kelimpahan kasih karunia, karena Allah kaya akan rahmat. Jangan anggap sepi kemurahan Tuhan, jangan dianggap sepi kesabaran dan kelapangan hati Tuhan, karena kemurahan Tuhan kepada kita menuntun kepada pertobatan 100% ...

-       50% = berhenti berbuat dosa.

-       50% = kembali kepada Allah.

Kalau berhenti berbuat dosa tetapi tidak kembali kepada Allah, itu pertobatan 50%.

Banyak diantara kita yang mengakui dosa, tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ saja, harus kembali kepada Allah, apalagi kalau sudah lahir baru (dibaptis) harus lebih berhati-hati.

 

Akan tetapi, di sini kita melihat orang-orang Yahudi yang datang dari Antiokhia menolak berita Injil. Mereka mengeraskan hati, tidak mau bertobat = menimbun murka Allah pada hari penghakiman yang besar.

 

Singkat kata, Paulus dan Barnabas menghadapi 2 (dua) golongan, yaitu:

1.    Bangsa Kafir di Listra, itulah orang-orang Antiokhia yang hidup di dalam:

-          Penyembahan berhala

-          Kenajisan percabulan dan kekejian

Inilah yang dihadapi di tengah ibadah dan pelayanan. Coba bayangkan, betapa besar perjuangan yang harus dihadapi oleh Paulus dan Barnabas.

2.    Bangsa Yahudi yang hidup di bawah hukum Taurat.

Di atas tadi sudah disampaikan, kelemahan dari hukum Taurat; tidak mengampuni kesalahan orang lain dan merasa diri paling benar. Kehidupan semacam ini juga sulit dihadapi oleh Paulus dan Barnabas sampai akhirnya mempertaruhkan nyawa. Yang melempari Paulus dan Barnabas di Listra bukan orang Listra, tetapi orang Yahudi.

 

Itulah yang terjadi kalau seorang Kristen hidup di bawah hukum Taurat. Betapa hebatnya penderitaan seorang gembala sidang dengan “pelemparan batu”. Mungkin batu secara fisik tidak, tetapi dengan kekerasan di hati, hatinya melawan terus, itu sama saja sedang melempari dengan batu.

 

Jadi, apa yang dihadapi Paulus dan Barnabas tidak ringan, sebab Paulus dan Barnabas ingin; supaya bangsa kafir maupun orang Yahudi (yang hidup di bawah hukum Taurat) menyembah kepada Allah yang Esa, Allah yang hidup, yang menciptakan langit dan bumi. Sampai begitu rupa pengorbanan Paulus dan Barnabas di Listra dalam menghadapi orang-orang di Likaonia.

 

Ketika saya membaca hal ini, saya berdoa kepada Tuhan; “Tuhan, kuatkanlah hamba-hamba Tuhan di atas muka bumi ini yang tulus hatinya membawa sidang jemaat sampai ke tingkat ibadah yang tertinggi (doa penyembahan).” Orang yang tidak tulus tidak perlu dikuatkan, karena mereka sudah pandai-pandai menguatkan dirinya dengan kelicikan dan kemunafikannya. Kehidupan yang tulus yang seringkali hancur hati.

 

Kita kembali melihat dan memeriksa "Pengorbanan Paulus"...

Kisah Para Rasul 14:19

(14:19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.

 

Orang-orang Yahudi dari Antiokhia yang menolak berita Injil:

-       Melempari Paulus dengan batu.

-       Paulus diseret ke luar kota disangka sudah mati.

 

Mari kita lihat pengertian dari kedua hal tersebut, sebagai tanda pengorbanan dari seorang hamba Tuhan kepada Tuhan.

 

Ibrani 13:10-11 -- Perikop: "Nasihat dan doa selamat."

(13:10) Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. (13:11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan.

 

Tubuh binatang yang darahnya dibawa ke ruangan Maha Suci sebagai korban penghapus dosa, dagingnya dibakar di luar perkemahan, itu berarti, daging korban itu tidak boleh dimakan.

Itulah keadaan mezbah dan orang-orang yang melayani kemah.

 

Ibrani 13:12

(13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

 

Jadi, darah dari daging binatang yang digunakan untuk menghapus dosa dibawa ke Ruangan Maha Suci, tetapi daging nya dibawa ke luar perkemahan dan dibakar di situ.

Demikianlah Yesus Kristus telah menderita di luar pintu gerbang (di luar perkemahan), tujuannya: untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya.

 

Oleh sebab itu....

Ibrani 13:13

(13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

 

Intinya untuk menanggung kehinaan Tuhan / menderita bersama dengan Tuhan, syaratnya kita harus melepaskan harga diri, tinggalkan kemah (tubuh) ini, tinggalkan egosentris = berada di luar perkemahan.

Jadi, kalau kita masih mempertahankan harga diri, ditambah mengelus-elus daging; tidak bisa menanggung kehinaan Tuhan / menderita bersama dengan Tuhan.

 

Mari kita lihat “nubuatannya “dalam...

Imamat 16:27

(16:27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis.

 

Darah lembu jantan dan kambing jantan sebagai korban penghapus dosa sekaligus pendamaian atas dosa dibawa ke Ruangan Maha Suci, tetapi dagingnya harus dibawa keluar dari perkemahan. Kemudian, kulitnya, dagingnya, kotorannya harus dibakar habis di luar perkemahan.

 

Singkat kata, yang DIBAKAR HABIS diluar perkemahan antara lain:

YANG PERTAMA: Kulitnya.

Kulit 🡪 Perasaan manusia yang salah, inilah yang harus dibakar hangus sampai tidak ada wujud.

Itulah yang dikerjakan oleh Yesus 2000 tahun yang lalu.

 

Filipi 2:5-6 -- Perikop: "Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus."

(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

 

Dalam hidup bersama dengan orang lain, hendaklah:

1.    Pikiran Yesus ditaruh dalam pikiran kita.

2.    Perasaan Yesus ditaruh dalam perasaan kita.

Demikianlah hendaknya dalam menjalankan hidup bersama. Jangan selalu memisahkan diri dari tubuh Kristus.

 

Syaratnya: melepaskan reputasi, artinya:

-       Tidak mempertahankan kemuliaan

-       Rela meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di Sorga.

 

Bukti nyata perasaan yang salah telah terbakar hangus:

Filipi 2:7

(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

 

a.       Mengosongkan diri = menghampakan diri.

Kita lihat pribadi yang menghampakan diri...

 

Yohanes 3:7-8

(3:7) Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (3:8) Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh."

 

Kehidupan yang dilahirkan kembali (lahir baru), ia telah menghampakan dirinya sama seperti angin bertiup; orang lain tidak tahu dari mana dia datang dan kemana dia pergi, namun dapat merasakan.

Artinya: Orang yang menghampakan diri tidak membutuhkan perhatian dan perasaan manusia, tidak dianggap tidak apa-apa.

 

b.       Mengambil rupa seorang hamba.

Mari kita belajar terkait rupa hamba...

Lukas 17:7-8 -- Perikop: "Tuan dan hamba."

(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.

 

Mengambil rupa hamba berarti melayani dengan berikat pinggang, artinya; pelayanan yang sanggup memuaskan hati Tuhan. Jadi, melayani bukan untuk memuaskan hati manusia.

Seorang hamba Tuhan (gembala sidang) sampai kepada seluruh imam-imam, bahkan sidang jemaat, ketika mengambil rupa seorang hamba, berikat pinggang di tengah ibadah dan pelayanan berarti; memuaskan hati Tuhan. Ibadah yang dijalankan; memuaskan hati Tuhan, imam yang melayani di tengah ibadah; memuaskan hati Tuhan. Kalau kita mampu memuaskan hati Tuhan, pasti mampu memuaskan kehidupan dalam nikah rumah tangga, hidup bersama, dimanapun berada.

 

Lukas 17:9

(17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?

 

Mengambil rupa hamba tidak butuh ucapan terimakasih. Jadi, kalau kita melakukan sesuatu yang baik, lakukanlah untuk Tuhan. Kalau orang lain tidak mengucapkan terima kasih, biarkan saja, berarti dia belum dewasa, tidak perlu marah di situ. Jangan menuntut balas atas yang sudah kita diberikan.

 

Lukas 17:10

(17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

 

Kalau mengambil rupa hamba maka kita berkata:

-       Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.

Berarti tidak merasa berguna dan tidak merasa diri penting. Biarpun kita banyak melakukan yang baik dan benar, bahkan kita lakukan itu dengan segala pengorbanan, tetap kita katakan; kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.

-       Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.

Kita cukup membuktikan satu tanggungjawab di hadapan Tuhan, itu saja.

 

YANG KEDUA: Dagingnya

Berarti, daging dengan segala hawa nafsunya yang jahat telah dibakar hangus, tidak ada lagi wujudnya.

 

Kita lihat “tabiat daging”...

Galatia 5:19-21 -- Perikop: "Hidup menurut daging atau Roh."

(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

 

Orang yang hidup menurut tabiat-tabiat daging tidak mendapat bagian dalam kerajaan Sorga, itu sebabnya daging harus dibakar di luar perkemahan. Dahulu Paulus juga hidup dalam daging tetapi diakui dan berkata; “jangan lakukan apa yang saya lakukan.”

 

YANG KETIGA: Kotorannya

Kotoran disebut juga sampah.

 

Filipi 3:3

(3:3) karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

 

Tanda bersunat (penanggalan pada tubuh yang berdosa):

a.    Beribadah oleh Allah.

b.    Bermegah dalam salib Kristus.

c.    Tidak menaruh percaya pada perkara lahiriah.

 

Filipi 3:4-6

(3:4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

 

Kelebihan Paulus secara lahiriah ada 7, dan kelebihannya ini melebihi kelebihan orang lain.

1.       Disunat pada hari kedelapan.

Persis seperti Tuhan Yesus disunat pada hari ke-8.

2.       Bangsa Israel, berarti umat pilihan.

3.       Suku Benyamin.

Benyamin lahir dari rahim Rahel, adik dari Yusuf, kedua anak ini lahir pada masa tua berarti akhir zaman.

4.       Orang Ibrani asli.

Kelebihan 1-4 ini sudah melekat / mendarah daging dalam diri Paulus.

 

Tetapi, kelebihan yang ke 5-7 bersifat perbuatan dan bisa diubah, yaitu;

5. Tentang pendirian hukum Taurat, orang Farisi.

6. Tentang kegiatan aku penganiaya jemaat.

7. Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

 

Yang tidak bisa diubah adalah hal-hal yang sudah dibawa dari sejak lahir, tetapi kalau sikap dan perbuatan pasti bisa diubah.

 

Filipi 3:7-8

(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

 

Oleh karena Kristus, Paulus melepas semua 7 perkara lahirah yang menjadi kelebihannya, bahkan hal itu Paulus anggap sampah / kotoran, semuanya terbakar hangus supaya ia memperoleh Kristus.

 

Filipi 3:9

(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

 

Paulus hidup benar karena percaya kepada salib di Golgota, bukan lagi karena kelebihan hal lahiriah yang dimiliki secara khusus kelebihan 5-7. Kelebihan 5-7 membuat Paulus berwibawa pada saat itu, tetapi itu pun dianggap kotoran (sampah), dibakar di luar perkemahan.

 

Jadi ternyata kemuliaan yang sejati datang dari Tuhan, bukan dari sampah / kotoran. Itu sebabnya, sampah / kotoran, harus dibakar hangus di luar perkemahan. Kalau sudah dibakar hangus, berarti inilah penyembahan kita kepada Tuhan; sembahlah Allah yang hidup yang menciptakan langit dan bumi.

Tetapi, hal itu dibutuhkan suatu perjuangan seperti Paulus di Listra menghadapi dua pihak; kafir dan yang hidup di bawah hukum Taurat. Namun, sekalipun demikian, ia tetap membuktikan diri untuk mewujudkan apa yang menjadi kerinduan Tuhan di dalam Wahyu 19:10 --- sembahlah Allah!

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang